Pilgub Sulsel: Pragmatisme Politik Golkar yang Makin Benderang

Kolase 4 kader Golkar dapat rekomendasi DPP di Pilgub Sulsel

MAKASSAR, PEMBELANEWS.COM – Partai Golkar secara resmi mengumumkan pasangan Andi Sudirman Sulaiman (ASS) dan Fatmawati Rusdi sebagai calon yang akan mereka usung pada Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Pilgub Sulsel). Keputusan ini menarik perhatian karena Sudirman berhasil mengungguli empat calon kuat dari internal partai yang sebelumnya telah menerima surat tugas dari Golkar.

Proses Penjaringan yang Diabaikan

Langkah Golkar ini dinilai oleh sejumlah pakar politik sebagai pengabaian tradisi dan proses penjaringan yang selama ini dijalankan oleh partai berlambang pohon beringin tersebut. Banyak yang melihat keputusan ini sebagai tindakan yang jauh dari nilai-nilai demokrasi, bahkan dianggap memperkuat pragmatisme politik yang brutal.

Hasrullah, seorang pengamat komunikasi politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), mengungkapkan bahwa keputusan Golkar untuk mengusung pasangan kandidat tentunya sudah melalui pertimbangan matang. Namun, ia juga menyatakan keterkejutannya karena Golkar memilih figur di luar kadernya, yang dianggap mengabaikan tradisi partai dalam Pilgub Sulsel.

Keresahan di Internal Kader

Keputusan ini tak pelak menimbulkan keresahan di kalangan kader Golkar. Banyak kader potensial yang sebelumnya diharapkan dapat melanjutkan tradisi partai dalam mengusung kader internal di Pilgub Sulsel kini merasa kecewa. Keresahan ini semakin mengemuka karena keputusan ini dinilai tidak mengindahkan mekanisme penjaringan yang telah berjalan.

“Keputusan ini tentunya mengejutkan bagi publik karena Golkar mempertontonkan sikap yang jauh dari kata demokratis dari dalam tubuhnya sendiri,” ujar Hasrullah.

Kandidat Potensial yang Tersisih

Sebelumnya, Golkar telah memberikan surat tugas kepada empat kader potensial, yaitu Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Adnan Purichta Ichsan, Indah Putri Indriani, dan Taufan Pawe yang juga merupakan Ketua Golkar Sulsel. Para kader ini memiliki elektabilitas yang cukup kuat, dengan IAS seringkali unggul dalam survei internal dan beberapa hasil survei terbaru menunjukkan elektabilitasnya yang tinggi. Adnan dan Indah juga kerap dilirik untuk posisi 02 dalam pemilihan ini.

Namun, para kader potensial ini tampaknya harus gigit jari setelah Golkar memutuskan untuk mendukung pasangan dari eksternal, ASS-Fatma.

Pragmatisme Politik yang Makin Benderang

Hasrullah menilai bahwa keputusan ini semakin memperlihatkan pragmatisme politik yang kian jelas dalam pesta demokrasi tahun ini. Ia menyebutkan bahwa Golkar sebagai partai berpengalaman seharusnya dapat mengambil peran dalam menyehatkan demokrasi, terutama di tengah isu kolom kosong yang muncul di Pilgub Sulsel.

Menurutnya, isu kolom kosong ini seharusnya menjadi momentum bagi Golkar untuk rebound dengan mengusung kader terbaiknya. “Golkar seharusnya bisa membaca situasi dan perkembangan, sesuai dengan keinginan publik yang menginginkan adanya kontestasi yang sehat. Mengusung kader terbaiknya akan melanjutkan tradisi Golkar yang selalu kuat di Sulsel dan menunjukkan kekuatan serta dominasi partai di wilayah ini,” tutup Hasrullah.