Tantangan Pengelolaan Inflasi.Solusinya Apa?

Editor: Nurzaman Razaq (foto ist)

MAKASSAR,PEMBELANEWS.COM – Tidak dapat dipungkiri pertumbuhan penduduk di suatu daeah/kota semakin tak terbendung dan tidak terkendali. Pertumbuhan penduduk layaknya seperti dua sisi mata uang,

Satu sisi memberikan dampak positif yaitu sebagai peluang pasar bagi aktivitas ekonomi, namun di sisi lain memberikan “beban” jangka menengah maupun jangka panjang, bila dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi pangan.

Peningkatan jumlah penduduk ini tentu saja akan mempengaruhi jumlah kebutuhan beras di suatu daerah/kota, apalagi diketahui bahwa jumlah penduduk merupakan salah satu indikator angka kebutuhan beras.

Berbicara mengenai beras, secara deskriptif berkaitan dengan salah satu indikator makro pembangunan yaitu inflasi. Ketidakseimbangan antara supply dan demand menyebabkan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, sehingga terjadinya inflasi.

Beras merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi di beberapa daerah Indonesia..Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Daerah untuk memitigasi risiko gejolak inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TIPD), Satgas Pangan, serta program-program pembangunan yang ada pada Perangkat Daerah.

Namun hasilnya belum sesuai dengan harapan. Sekilas kita memandang ini semua merupakan suatu bencana. Sesungguhnya dibalik itu semua, beberapa pelajaran yang dapat dipetik untuk pembagunan daerah. Paling utama meyakini bahwa apa pun usaha adalah perjuangan. Semua pihak selalu positif menghadapi tantangan dan memberi kontribusi terhadap pencapaian dan kesuksesan pembagunan di setiap daerah/kota..

Berdasarkan beberapa ulasan mengenai fenomena di atas, tanpa kita sadari sesungguhnya penyediaan bahan kebutuhan pokok khususnya pangan sehat itu murah dan mudah.

Dalam upaya pengendalian inflasi , pemerintah daerah bersama akademisi, swasta, terutama masyarakat bisa membantu mengendalikan inflasi dengan menggunakan produk lokal sesuai kebutuhan.

Apabila kita bisa menjaga inflasi pada angka yang ideal, maka manfaatnya betul-betul dapat dirasakan bagi kesejahteraan masyarakat. Pada proses pelaksanaan pembangunan telah terjadi pergeseran paradigma bahwa masyarakat adalah pelaku (subjek) pembangunan bukan sebagai sasaran (objek) pembangunan, sehingga masyarakat cenderung dituntut lebih pro aktif untuk berpartisipasi.

Tantangan Dan Solusinya.

Meskipun kondisi inflasi sejauh ini masih relatif rendah dan terkendali, tetapi hal tersebut belum bisa disimpulkan sebagai sebuah prestasi. Pengelolaan inflasi Indonesia ke depan masih akan sangat menantang dan membutuhkan kerja keras dan strategi untuk menanganinya. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi.

Pertama, belum terjadi perbaikan yang signfiikan terhadap struktur ekonomi Indonesia, khususnya masih terbatasnya kapasitas industri yang berperan sebagai sisi penawaran (supply side). 

Keterbatasan ini akan membuat perekonomian menjadi mudah kepanasan (overheating), ketika pertumbuhan ekonomi dipacu ke level tinggi.

Solusi untuk mengatasi keterbatasan sisi supply ini ialah dengan meningkatkan investasi. Namun, agar investasi ini masuk dibutuhkan sejumlah syarat, seperti iklim investasi yang kondusif, dukungan infrastruktur, kepastian regulasi, biroraksi yang professional, dan akses pembiayaan yang mudah dan murah.

Sejauh ini, semua syarat ini belum bisa terpenuhi dengan sempurna. untuk itulah, sembari menyempurnakan implementasi seluruh paket ekonomi tersebut, pemerintah harus tetap konsisten mempercepat pembangunan infrastruktur yang telah berjalan sejauh ini.

Bagaimana pun, dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago country), ketersedian infrastruktur menjadi sebuah keharusan.

Kehadiran infrastruktur akan menciptakan keterhubungan (konektivitas), sehingga membuat biaya distribusi (transportasi) dan logistik turun. Ini akan berdampak positif terhadap penurunan harga barang. Ketersedian infrastruktur akan membuat gap ketimpangan antara daerah/kota dengan daerah/kota lainnya,makin bisa diperkecil.

Kedua pengendalian harga pangan. Sejauh ini gejolak harga pangan belum bisa teratasi. Hal ini bisa dilihat dari tahun 2015. Meskipun, inflasi relatif rendah dan harga komoditas pangan di berbagai negara melandai, tetapi tekanan harga masih tetap terjadi.

Ironisnya, ketika terjadi panen raya, harga beras tetap tinggi. Artinya, ada sesuatu yang salah. Hal inilah yang harus dipecahkan. Bagaimana pun, pangan merupakan kebutuhan pokok yang ketersediaan dan harganya harus bisa dijangkau semua lapisan.

Sebenarnya apa itu inflasi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Inflasi merupakan kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Menurut definisi klasik tersebut inflasi terjadi karena tingginya uang yang beredar di masyarakat dibanding yang dibutuhkan, sehingga menyebabkan nilai uang turun. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, di mana kekurangan anggaran tersebut diatasi dengan mencetak uang baru. Namun, hal ini malah membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat makin bertambah dan mengakibatkan inflasi.

Menurut Badan Pusat Statistik, Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.

Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Indeks tersebut adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Perubahan IHK dari waktu  ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa.(dari berbagai sumber)