SINJAI,PEMBELANEWS.COM – “Menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada khalayak melalui media massa secara teratur. Memeriksa keautentikan suatu informasi yang akan disampaikan. Melakukan wawancara kepada narasumber demi memperoleh informasi akurat untuk disampaikan ke publik”
Jawaban secara umum itu atas pertanyaan yang sering masyarakat pertanyakan tentang tugas seorang wartawan, termasuk pentingnya wartawan senantiasa menjaga kesehatannya.
Terkait tentang perlunya menjaga kesehatan bagi wartawan Menurut Elang Suganda, Ketua DPC AMJI RI Kabuaten Sinjai,Senin (16/12/2024), Hal itu memang perlu mendapat perhatian kaitannya tentang perlindungan terhadap jurnalis.Salah satunya perlindungan yang bukan dalam bentuk jaminan kesehatan tetapi juga perlindungan terhadap resiko kecelakaan.
Resiko profesi pewarta (wartawan/juralis,red) itu tidak ringan, berbagai kendala dan rintangan kerap dihadapi demi mendapatkan berita yang akurat dan valid. Sehingga jika tidak memiliki ansuransi akan menimbulkan rasa ketidaktenangan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
Salah satunya, tambah pimpinan redaksi Paparaziindo.com, melalui Bpjs Kesehatan dan atau Bpjs Ketenagakerjaan. Terkadang Wartawan tidak peduli kondisi dan situasi, naik sepeda motor dilakukan saat berburu berita. Bahkan menumpang kendaraan lain demi mendapatkan berita yang valid dan benar.
Mengingat DPC AMJI RI khususnya di Kabupaten Sinja sebagai organisasi yang terhimpun di dalamnya sejumlah media beserta pewartanya, telah mendaftarkan mereka pada Bpjs Ketenagaakerjaan Cabang Sinjai
Hal ini dilakukan melalui kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dan ini perlu dijalin dengan baik. Di Bpjs Ketenagakerjaan selain ada jaminan kecelakaan dan kematian, juga ada jaminan hari tua. Sehingga jangan sampai ada wartawan sudah tua dan kesulitan mencari makan.
Wartawan Tidak Boleh Sakit.
Masih teringat kredo yang dicamkan senior-senior di PWI Provinsi Sulsel, ketika awal menjadi wartawan. “Wartawan tidak boleh sakit!”
Itu adalah kredo yang ditanamkan ke kawan-kawan ketika bergabung dengan di salah satu media cetak di Makassardi tahun 1990-an. Saat itu, kami takut sakit karena kalau itu terjadi berarti tidak ada yang menanggung biayanya.
Kondisi seperti itu masih banyak dialami wartawan-wartawan di era digital saat ini. Sebagian teman-teman hanya mengandalkan honor dari setiap berita yang dimuat atau ditayangkan.
Besarnya tuntutan kerja bagi jurnalis atau wartawan untuk menyajikan informasi, membuat profesi ini menjadi salah satu pekerjaan yang retantan terkena depresi.
Di penghujung tahun 2024 dan memasuki tahun 2025, teriring ucapan tetap jalin kemitraan dan soliditas sesama jurnalis dan selalu jaga kesehatan.Karena biaya rumah sakit mahal.(Man)