MAKASSAR,PEMBELANEWS.COM – Simak baik-baik, Negara ini bukan milik satu golongan, bukan milik satu keluarga, bukan pula milik satu partai.Meskipun kita berbeda agama, budaya atau latar belakang,kita tetap diikat dalam satu wadah, Negara Kesatuan Republik Indonesia, NKRI.
Ini bukan sekedar slogan, ini adalah realita yang harus dipegang teguh oleh setiap pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Namun hari inikita telah menyaksikan segelintir orang yang merasa lebih berhak atas republik ini.
Mereka bicara seolah-olah bangsa ini adalah warisan mereka. Mereka ingin rakyat percaya bahwa tanpa mereka Indonesiatidak akan berdiri. Ini kesombongan yang luar biasa.
Kemarin ada yang menuduh Jokowi Dodo mengawetkan partai atau bahkan mengobok-obok pemerintahan tapi lihatlah siapa yang sebenarnya mengobok-obok stabilitas Negara.ino. Siapa yang masih terus bermain drama politik. Siapa yang tidak bisa menerima hasil demokrasi. Siapa yang merasa tidak wajib patuh kepada pemimpin Negara yang sah.
Mereka yang seharusnya bercermin. Kalian yang merasa paling hebat, hanya karena menjadi anak seorang prolamator.Ingat baik-baik, kemerdekaa ini bukan hasil perjuangan satu orang, Repiblik ini tidak dibangun hanya dengan satu tangan, ada darah, ada keringat, dan ribuan nyawa para pahlawan yang berkorban demi tanah air ini.
Jangan pernah merasa punya hak ekslusif atas negeri ini. Rakyat telah semakin cerdas. Mereka tahu siapa yang benar-bena bekerja dan berjuang, dan siapa yang menjual sejarah demi kepentingan politik.
Jangan sampai nama besar Proklamator justru ternoda oleh ulah generasi penerusnya sendiri. Negara ini bukan kerajaan. Sistem kita adalah demokrasi presidensial. Itu artinya loyalitas utama seorang pejabat publik adalah kepada Presiden Repiblik Indonesia, sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Bukan kepada seorang ketua umum partai, bukankepada dinasti politik, bukan kepada kepentingan kelompok sendiri.
Partai ;politik itu hanya kendaraan untuk mencapai kekuasaan.Bukan alat untuk melawan pemerintahan yang sah. Jangan pakai partai untuk memecah belah bangsa. Jangan gunakan partai sebagai alat kepentingan pribadi. Jangan jadikan politik sebagai panggung drama keluarga
Ingat, setan diusir dari syurga bukan karena syirik, tetapi karena kesombongan. Ia lebih merasa lebih mulia dibanding orang lain.Ia menolak tunduk pada perintah Tuhan, karena merasa dirinya lebih tinggi derajatnya.
Hari ini kita melihat kesombongan yang sama dalam politik di negeri ini, merasa lebih pantas memimpin, padahal sudah kalah dalam demokrasi. Meraasa lebih berhak menentukan arah bangsa, padahal rakyat sudah menentukan pilihan mereka. Merasa lebih pintar daripada yang lain. Padahal hanya bisa mengulang narasi yang lama yang sudah using.
Rakyat Indonesia menilai sendiri, Retret kepala daerah di Akmil Magelang telah usai, namun gaungnya masih menggema, ada yang hadir dan yang absen. Ada yang tegas dalam kebersamaan, ada pula yang sibuk dengan sikapnya sendiri.
Retret bukan sekedar pertemuan seremonial, ini adalah pesan sebuah panggilan untuk merapatkan barisan di bawah satu komando.Kepemimpinan nasional yang sah,. Kita harus bertanya, apa sebenarnya yang ada di benak para kepala daerah yang memilih absen.
Apakah mereka sedang menunjukkan sikap independen , atau justru tengah memainkan agenda terselububung yang berlawan dengan semangat kebangsaan.
Jangan lupa, kepala daerah itu dipilih untuk memimpin rakyat, bukan untuk bermain kucing-kucingan dengan pemerintah pusat. Mari berbicara fakta Presiden Prabowo Subianto tidak sedang meminta kesetiaan buta, yang diminta hanyalah satu hal, loyalitas terhadap Negara. Sebuah nilai yang melekat pada setiap kepala daerah. Bukan malah dipertanyakan. Apalagi acara ini dihadiri oleh dua mantan Presiden, SBY dan Jokowi, yang telah mengarungi dua puluhan tahun kepemimpinan nasional.
Jika dua tokoh besar ini bisa hadir, dan menunjukkan sikap kenegarawanan, lalu apa alasan para kepala daerah yang absen??. Apakah mereka merasa lebih hebat dari mereka ?.(berbagai sumber)