MAKASSAR,PEMBELANEWS.COM – Faktor utama yang mendongkrak elektalibitas pasangan calon (Paslon) di Pilkada 2024, umumnya terletak adanya harapan masyarakat kepada Paslon tentang sebuah perubahan di daerahnya.
.Tren kenaikan dukungan itu, adalah cerminan keinginan warga untuk melihat pemimpin baru yang punya kemampuan melakukan suatu perubahan di segala sektor dari hasil capaian sebelumnya.
Perubahan disini dimaksudkan, adalah keadaan yang berubah. Di mana keadaan yang sekarang tidak sama dengan keadaan yang akan datang.Sebelumnya, semisal program ketenagakerjaan hanya banyak diselimuti dengan penyuluhan dan pelatihan keterampilan. Ke depannya diperlukan adanya lapangan berusaha dan lapangan pekerjaan.
Dukungan dari partai politik juga menjadi faktor yang memperkuat posisi Paslon dalam kontestasi tersebut.
Terkait soal popularitas Pasloni di dalam survey, pada dasarnya tidak menjadi jaminan Paslon tersebut bisa meraih kemenangan di survei. .
Lembaga survey pun belum merekam semua suara masyarakat sehingga hasil survei bukanlah gambaran final dari dukungan yang ada.
Walaupun begitu, survei merupakan salah satu metode yang diperlukan untuk memahami dan mengetahui situasi di masyarakat. Tetapi tetap saja itu belum bisa merekam semua hal.
Ambisi saja tak cukup jika tidak didukung faktor-faktor penunjang lainnya. Banyak hal harus dipersiapkan sebelum berperang di medan pertempuran, agar para Paslon tidak “terbunuh” sia-sia oleh lawan politik.
Agar menang dalam pilkada, setiap Paslon perlu melakukan kajian dan analisis SWOT (strengths/kekuatan, weaknesses/kelemahan, opportunities/peluang, dan threats/ancaman). Selain itu, membentuk tim sukses yang solid dan mengakar hingga ke tingkat RT dan RW perlu diaplikasikan.
Namun, muara dari semua itu terdapat tiga kunci utama yang harus dimiliki oleh setiap Paslon jika ingin menyandang predikat sebagai gubernur, bupati, atau wali kota.
Popularitas
Popularitas adalah fondasi awal bagi setiap calon yang ingin bertarung dalam Pilkada. Seorang calon yang terkenal, layaknya seorang artis papan atas, akan memiliki peluang besar untuk terpilih dibandingkan dengan orang yang tak populer. Ada ungkapan yang mengatakan, “tak kenal makanya tak sayang.”
Untuk meraih popularitas, tentu perlu pula memiliki modal banyak dan reputasi yang baik akan mudah menarik simpati rakyat.Dan popularitas itu dibangun dengan waktu ,lama, bukan sekejap waktu saat Pilkada berlangsung
Popularitas dapat dibangun melalui pemberitaan di media massa (televisi, online, cetak), terutama jika Paslon tersebut melakukan sesuatu yang sensasional atau viral. Aktivitas semacam ini dapat menarik perhatian media, sehingga meningkatkan keterkenalan Paslon untuk diliput.
Selain itu pula, aktif di berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, dan YouTube juga penting. Konten yang menarik, informatif, dan edukatif dibuat calon akan membantu membangun citra positif.
Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan, seperti bakti sosial, juga memberikan kesan positif dan menunjukkan komitmen terhadap kepentingan publik. Kehadiran langsung di tengah masyarakat memberikan dampak yang signifikan terhadap citra dan popularitas seorang Paslon.
Popularitas sendiri tidak dapat diraih secara instan, ia membutuhkan waktu proses yang panjang, dan biaya yang signifikan. Jadi tidak mudah bagi Paslon untuk terkenal hanya bermodalkan pasang spanduk atau bermain di medsos. Tapi membutuhkan waktu yang lama.
Elektabilitas
Elektabilitas, yang berasal dari kata Inggris “electability,” berarti keterpilihan atau tingkat ketertarikan publik untuk memilih seorang calon kepala daerah.
Elektabilitas mengindikasikan seberapa besar kemungkinan seorang calon dipilih oleh masyarakat. Elektabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa calon tersebut diinginkan oleh mayoritas pemilih.
Belajar dari politisi yang telah terpilih dan membaca beragam literatur dalam upaya meningkatkan elektabilitas calon. Antara lain, membentuk citra yang baik, menunjukkan integritas dan komitmen terhadap masyarakat melalui tindakan nyata, itulah beberapa cara untuk meningkatkan elektabilitas.
Berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat, juga akan meningkatkan elektabilitas di mata pemilih.
Kampanye yang unik dan kreatif, dengan menyasar demografis yang tepat, dan pesan kampanye disampaikan sesuai kebutuhan masyarakat, akan meningkatkan keterpilihan calon. Berkolaborasi dengan organisasi masyarakat untuk memahami dan memenuhi kebutuhan mereka pun, merupakan langkah penting dalam meningkatkan elektabilitas.
Membangun jejaring yang luas dan mengakar ke akar rumput sangat diperlukan. Ini mencakup hubungan dengan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, generasi milenial, pemimpin daerah, dan organisasi masyarakat (ormas).
Menunjukkan hasil nyata dan rekam jejak yang baik dari tindakan-tindakan positif akan memperkuat elektabilitas calon juga. Pemilih akan lebih percaya pada calon yang memberikan bukti nyata daripada yang hanya memberi janji. Oleh karena itu, banyak calon yang menang adalah incumbent karena mereka memiliki rekam jejak yang jelas.
Guna mengukur elektabilitas, perlu dilakukan survei yang akurat oleh lembaga survei terpercaya. Menggunakan jasa lembaga survei yang kredibel dan independen penting untuk mendapatkan hasil yang objektif.
Hasil survei dapat digunakan untuk memahami kekuatan dan kelemahan calon di mata pemilih, sehingga memungkinkan calon untuk memperbaiki strategi kampanye sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pemilih.
Yang pastinya, jangan terlena dengan elektablitas yang diraih, karena tidak menutup bisa saja,akan disalip oleh lawan Paslon lain strategi “pamungkas” melalui kajian membaca weaknesses/kelemahan.
Isi Tas
Isi tas atau dukungan finansial sangat penting dan mutlak dimiliki para Paslon dalam setiap kontestasi politik. Ongkos politik menjadi penguasa itu memerlukan dana yang besar untuk memenuhi berbagai keperluan operasional. Dana yang fantastis ini untuk memastikan kampanye dapat berjalan dengan mudah dan lancar.
Biaya kampanye biasanya digunakan untuk menutupi kebutuhan seperti biaya rapat umum, iklan di media massa, pembuatan alat peraga kampanye seperti brosur, baliho, dan spanduk.
Selain itu, operasional tim sukses juga memerlukan dana untuk membayar honorarium dan menyediakan logistik seperti makan, minum, dan transportasi.
Menggalang dana dari berbagai sumber, baik dari calon, partai politik, maupun dari donatur yang memiliki kepentingan, merupakan langkah penting.
Modal kampanye untuk calon bupati dan wali kota dapat mencapai Rp40-50 miliar, sedangkan untuk calon gubernur bisa mencapai ratusan miliar rupiah.
Angka yang fantastis ini menunjukkan betapa mahalnya untuk duduk di kursi kekuasaan. Kalau pun menang modal sebesar itu tak akan kembali jika hanya mengandalkan gaji dan tunjangan jabatan. Maka hanya dengan korupsi dan melanggar konstitusi modal itu dapat kembali. Tidak percaya silakan buktikan sendiri.
Kesimpulan
Mengelola ketiga kunci ini dengan baik adalah langkah awal menuju kemenangan dalam pilkada. Popularitas tanpa elektabilitas tidak akan cukup, begitu juga sebaliknya. Dukungan finansial yang kuat akan memastikan bahwa strategi dan taktik dijalankan dengan optimal. Melalui perencanaan yang matang dan strategi yang jitu insya Allah, kemenangan dapat diraih.
Ingat, di dunia politik, jika Anda memenangkan pertarungan, maka Anda akan dipuja bak seorang raja atau ratu. Para pencundang pun akan berduyun-duyun mendekati Anda.
Namun, jika Anda tumbang, maka Anda akan dihina dan dikucilkan dalam pergaulan, tak ubahnya seperti sampah masyarakat. Itulah kejamnya dunia politik di zaman edan sekarang ini. Empati dan simpati tidak berlaku dalam kamus ini.
Winston Churchill pernah berkata, “Dalam perang, Anda hanya bisa dibunuh satu kali, tapi dalam politik, Anda bisa dibunuh berkali-kali.”
Maka, memiliki mental baja adalah kunci utama jika Anda ingin bergelut di dunia politik yang penuh dengan drama dan tipu muslihat ini.(pembelanews.com)